BAB II
ISI
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
1.
Mengapa Pembelajaran Tematik Diajarkan
di SD?
Peserta
didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas I, II & III)
berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan
anak tumbuh dan berkembang sangat luar biasa cepat.
Menurut
Piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu
sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap berbagai obyek
yang ada dalam lingkungannya. Proses belajar anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep
dan fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa
manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik
cara anak belajar tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal
adalah pembelajaran tematik.
2.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:
1.
Berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar
modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
2.
Memberikan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4.
Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran, sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal
ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Bersifat fleksibel, dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa
berada.
6.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya.
7.
Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
3.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Tematik
a.
Kelebihan
Pembelajaran Tematik
1.
Siswa akan belajar lebih
mudah, karena materi pembelajaran
dirancang dari yang mudah, dekat dengan mereka (kontekstual) dan dilakukan secara
terpadu terkait dengan aspek sosial-emosi, kognitif, dan fisik melalui tema-tema yang subur
dan sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
2.
Proses belajar akan mengalir
secara alamiah, menyeluruh, melekat dengan pengalaman hidup siswa yang nyata.
3.
Membawa siswa mengembara
ke dunia pengetahuan yang tiada berhingga, bergelutdenganimajinasi yang
kreatif, yang akan menumbuhkan belajar dari dalam diri mereka sendiri (konstruktivis).
4.
Membantu perencanaan pembelajaran
ke depan yang patut sesuai dengan keunikan mereka.
5.
Beban guru sebagai guru
kelas akan lebih ringan.
6.
Guru dan siswa sama-sama
jadi pembelajar dan kreatif.
7.
Mengasah kepekaan dan kreativitas
sebagai guru-guru sejati.
8.
Terwujudnya pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan pikiran dan sanubari yang akan menguatkan
pribadi siswa.
9.
Pengalaman
dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
10.
Hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
11.
Menumbuhkan
keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
b.
KelemahanPembelajaranTematik
Kelemahan pembelajaran tematik terletak pada
kapasitas, kepustakaan, kreativitas guru
(guru dituntut memiliki keterampilan tinggi dan guru diharapkan mampu
mengintegrasikan kurikulum dengan
konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat) dan kurangnya waktu berpraktik.
Jika guru tidak mendapat pelatihan khusus, maka model pembelajaran tematik akan
mendapat banyak kendala di lapangan.
4.
AnalisisKurikulum
2006 (KTSP)
Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan
pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang
diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) artinya kurikulum baru initetap memberikan
tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.
KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
KTSP juga dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik serta kepentingan nasional dan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana antara
kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi serta jenis pendidikan dengan
tanpa membedakan suku, agama, dan antar golongan (SARA), adat istiadat, status
sosial, ekonomi, dan gender.
Sehingga sejalan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
KTSP adalah peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, perkembangan
IPTEK dan Seni, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
A.
Kelebihan kurikulum 2006 (KTSP)
1.
Mendorong terwujudnya otonomi
sekolah dalam pendidikan. Sekolah
bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.
2.
Mendorong guru, kepala sekolah dan
pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan
program pendidikan.
3.
KTSP sangat memungkinkan bagi tiap
sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
4.
KTSP mengurangi beban belajar siswa
yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen. Tetapi tetap
memberikan tekanan bagi perkembangan siswa, karena diadakannya
pengurangan jam pelajaran. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat
formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
5.
KTSP memberikan peluang yang lebih
luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhannya.
B.
Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)
1.
Kurangnya SDM
yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang
ada. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan
ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola
kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.
2.
Kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan
salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan
masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas
penunjang lainnya.
3.
Masih
banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik konsepnya, penyusunannya,
maupun praktek pelaksanaannya di
lapangan. Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan
menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana
secara menyeluruh.
4.
Penerapan
KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan
guru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Pembelajaran
tematik diajarkan di SD untuk menyesuaikan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik
cara anak belajar pada usia yang masih dini.
Karakteristik
pembelajaran tematik antara lain: Berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pembelajaran
tematik mempunyai kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus lebih kreatif dan
banyak latihan untuk memecahkan permasalahan yang ada.
B.
Saran
Berakhirnya makalah
tentang pembelajaran tematik ini, kami mengharap
kepada para mahasiswa untuk lebih mempelajari secara mendalam tentang seluk-beluk pembelajaran
tematik, karena kami merasa makalah ini masih kurang
lengkap dan kurang sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar