BAB
I
KARAKTERISTIK
SEKOLAH DASAR
Kekhususan atau karakteristik
pendidikan di Sekolah Dasar dapat
dilihat sekurang-kurangnya dari beberapa
segi, yaitu:
A.
TUJUAN
PENDIDIKAN SD
Tujuan pendidikan SD berlandaskan dan menunjang tercapainya tujuan
pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia Seutuhnya, yaitu manusia yang :
1. Beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berbudi
pekerti luhur,
3. Memiliki
pengetahuan dan keterampilan
4. Sehat
jasmani dan rohani
5. Kepribadian
mantap dan mandiri
6. Memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Dalam rangka tujuan pendidikan
nasional tersebut, tujuan umum pendidikan SD, ialah memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik
untuk:
1.
Mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia,
serta
2.
Mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah.
Sesuai
dengan tujuan pendidikan tersebut diatas, isi kurikulum SD merupakan susunan
bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapaikan tujuan pendidikan dasar dalam rangka membekali dan mempersiapkan
upaya pencapain tujuan nasional.
Secara khusus pendidikan dasar
mengutamakan pembekalan dan penyiapan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.
B.
PESERTA
DIDIK
Peserta didik di SD ( selanjutnya disebut siswa),
adalah mereka yang berusia sekitar
6-12/13 tahun, yang sedang menjalani
tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki
masa remaja awal. Apabila nanti
para siswa itu menamatkan pendidikan di SD, mereka berada pada
tahap perkembangan memasuki masa
remaja.
Tugas-tugas
perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD itu, agar
selanjutnya mampu memasuki
dengan sukses awal masa remajanya, pada pokoknya adalah:
1. Menanamkan
dan mengembangkan kebiasaan dan sikap
dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan
keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalm kehidupan sehari-hari.
4. Belajar
bergaul dan bekerja dengan kelompok
sebaya.
5. Belajar
menjadi pribadi yang mandiri.
6. Mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang
diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7. Mengembangkan
kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Membina
hidup sehat, untuk diri sendiri dan
lingkungan.
9. Belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
10. Mengembangkan
sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial .
11. Mengembangkan
pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan
masa perkedepannya.
Tahap
perkembangan anak-anak usia SD merupakan suatu masa di mana mereka
sedang mempersiapkan dirinya untuk kelangsungan perkembangan hidupnya kelak. Dalam
menjalani tugas-tugas perkembangannya itu anak sering menemui hambatan-hambatan dan
permasalahan-permasalahan, sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain,
terutama orang tua dan guru. Oleh sebab itu anak usia SD memerlukan perhatian
khusus dari para guru/pendidiknya. Penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan dapat sebesar-besarnya menunjang pencapain pendidikan nasional dan
tujuan pendidikan SD.
C.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL
Tingkatan kelas
di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas.
Kelas rendah
terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah
dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:44). Di
Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12
tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12
tahun. Menurut Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia
9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut
dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan
ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan
membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan,
anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah
sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat
terjadinya proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam
memabntu perkembangan anak sekolah.
Adapun
tugas-tugas perkembangan anak sekolah (Makmun, 1995:68), diantaranya adalah:
(a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b)
mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai
kebebasan pribadi, (d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan
institusi-institusi sosial. Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa
kanak-kanak akhir dengan kisaran usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, ttn: 116,
118, 119) akan memiliki keterampilan. Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help
skills dan play skill. Social-help skills untuk membantu
orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan
halaman, merapihkan meja dan kursi. Ini akan menambah perasaan harga diri dan
sebagai anak yang berguna hingga menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat
kooperatif). Play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti
melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat
penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.
Akhir masa kanak-kanak disebut gang age (Soesilowindardini,
ttn:24; Kusmaedi, Husdart, Hidayat,2004:65). Pada masa ini perkembangan sosial
terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered, yang egoistis,
yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan
diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau
tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya,
karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan
jenis-jenis permainan yang dia gemari (Soesilowindradini, ttn:124; Kusmaedi,
Husdarta, Hidayat, 2004:63-64) atau melakukan aktivitas lainnya untuk
mendapatkan kegembiraan. Dalam kelompoknya, secara bersama-sama anak-anak
membuat sesuatu seperti mainan dari kayu, menonton bersama-sama, melihat alam
sekitar. Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari
jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang
tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam
hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam
hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain
jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. Tidak
semua proses itu berjalan lancar. Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan
melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan
dengan melakukan perilaku kenakalan.
Beberapa
sebab anak melakukan kenakalan (Soesilowindradini, ttn:129) diantaranya adalah:
1.
Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka.
2.
Salah pengertian dari aturan yang ada.
3.
Mencoba orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya (orang tua, guru)
4.
Adanya keinginan menunjukkan kebebasan
5. Ingin mendapat pujian dari teman-temannya.
Beberapa
macam perbuatan kenakalan anak:
1.
di rumah: - bertengkar, berlaku kasar terhadap saudara-saudaranya - merusak
milik orang lain - berdusta, mencomel
2.
di sekolah:
-
mencuri
-
menggangu, membolos, membuat keributan
-
berdusta
-
berkata kasar dan kotor
-
merusak benda-benda milik sekolah
-
bertengkar
Dari
tahun ke tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar
peraturan-peraturan (Soesilowindradini, ttn:131) disebabkan oleh:
a.
makin kurang senangnya kepada solah dan guru-gurunya
b.
merasa kurang disenangi dalam kelompok sebaya daripada diharapkannya.
Melihat gejala itu, penjas melalui program
pembelajarannya diharapkan dapat menjadi media untuk memecahkan persoalan
tersebut. Melalui aktivitas bermain yang bervariatif dan bimbingan guru, anak
merasa betah di sekolah. Dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator,
anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota kelompoknya. Anak besar adalah
anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan
Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar sebagai
hasil perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
1.
Baik laki-laki
maupun perempuan menyenangi permainan yang terorganisir dan permainan yang
aktif.
2.
Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.
3.
Membenci kegagalan atau kesalahan.
4.
Mudah bergembira, kondisi emosional tidak stabil.
Aktivitas
yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak besar di antaranya adalah
(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:127-128):
1.
Bermain dalam situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang
sederhana. Misalnya: berlomba dalam beberapa macam gerakan seperti berlari,
merayap, melompat, menggiring bola, adu lempar tangkap dan sebagainya.
Melakukan pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya disederhanakan,
misalnya pertandingan voli mini. Dengan pengarahan dan pengelolaan aktivitas
yang baik dari guru, aktivitas ini akan berdampak kepada peningkatan
kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
2.
Aktivitas beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama
dengan temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan di antara
mereka.
Kecepatan perkembangannya dipengaruhi
oleh kesempatan untuk melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanika
faktor yang mempengaruhinya adalah : koordinasi tubuh, ukuran tubuh,
dan kekuatan otot. Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau
perkembangan kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak.
Beberapa perkembangan kemampaun gerak hasil penelitian Espenschade dan Eckert
(1980) dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan kemampuan Berlari : Berlari
dihasilkan dari panjang langkah yang dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah
yang dipengaruhi kekuatan otot tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi
pada perkembangan kemampuan berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan
khususnya mulai usia 12 tahun.
2. Perkembangan Kemampuan Meloncat : Kemampuan meloncat digunakan sebagai prediktor kekuatan
tubuh dan merupakan tes diagnostik koordinasi gerakan. Perkembangannya terkait
dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Pada anak besar perkembangan
kemampuan meloncat cukup cepat, makin jauh atau makin tinggi dengan kualitas
gerak semakin efisien. Perkembangan kemampuan loncat tegak meningkat cepat
sampai usia lebih kurang 9 tahun pada anak laki-laki dan perempuan, sesudah itu
pada anak perempuan hanya kecil peningkatannya. Pada anak laki-laki
peningkatannya menjadi kecil antara 9-12 tahun, namun sesudah usia 12 tahun
perkembangan kemampuan meloncat meningkat dengan cepat. Perkembangan kemampuan
loncat jauh tanpa awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus
(irama ajeg). Pada anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai
umur 12 tahun, sesudah melewati masa itu kemudian mengecil.
3. Perkembangan Kemampuan Melempar
Perkembangan
kemampuan melempar pada anak besar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
perkembangan yang bersifat kuantitatif dan perkembangan yang bersaifat
kualitatif. Perkembangan kuantitatif terkait dengan kemampuan melempar pada
anak yang semakin jauh, yaitu kemampuan melemparnya diukur dengan jauhnya hasil
lemparan dan ketepatan melempar terhadap suatu sasaran. Perkembangan kualitatif
dengan kemampuan melempar anak dari aspek kualitas gerakan melempar semakin
baik (efisien) diukur dengan analisis sinematografis (rekaman gambar gerakan).
Pengelompokkan perkembangan kuantitatif dan perkembangan kualitatif disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan kemampuan
melempar sejalan dengan pertumbuhan lengan dan bahu. Perbedaan perkembangan
kemampuan melempar antara anak laki-laki dengan perempuan terjadi cukup besar.
Khususnya pada usia 13 tahun, kemampuan melempar pada anak perempuan cenderung
mengalami penurunan. Sementara pada anak laki-laki masih tetap mengalami
peningkatan.
Kemampuan
melempar ke sasaran tertentu (kekuatan tidak banyak digunakan), antara anak
laki-laki dan perempuan tidak berbeda kemampuannya. Namun secara mekanis anak
laki-laki tetap lebih baik.
Minat melakukan aktivitas fisik pada
kelompok anak besar sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan
aktivitas fisik itu sendiri. Pada umumnya anak besar baik anak laki-laki maupun
anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas
fisik. Misalnya aktivitas bermain yang dilakukan anak besar lebih didominasi
oleh permainan yang bersifat aktif, seperti bermain kejar-kejaran, petak umpet,
dan beberapa bentuk permainan tradisional yang melibatkan aktivitas fisik.
Tentunya disesuaikan dengan minat dan kesepakatan anak-anak dalam memilih jenis
permainan yang akan dilakukan.
Minat
terhadap aktivitas fisik dan atau olahraga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya. Pada anak-anak yang melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh
kecenderungan sifat yang dimiliki (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991), antara lain:
1.
Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan
makin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsentrasi yang cukup
tinggi pada anak yang terlibat dalam aktivitas yang dilakukannya.
2.
Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.
3.
Perkembangan sosialnya makin baik yang ditunjukkan dengan luasnya pergaulan
dengan semakin mendalamnya pergaulan dengan teman sebayanya.
4.
Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dengan anak perempuan semakin jelas,
ada kecenderungan kurang senang bermain dengan lawan jenisnya. Ini semakin
memperjelas bentuk aktivitas yang dominan dilakukan oleh anak laki-laki dengan
anak perempuan.
5.
Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu dan semangat berkompetisi
tinggi.
Hampir
seluruh aktivitas anak besar didominasi oleh bermain. Aktivitas bermain yang
dilakukannya dapat dilaksanakan baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok.
§
Perkembangan
Mental
Menaruh perhatian pada permainan yang terorganisir
Munculnya sifat kepahlawanan yang kuat
Perhatian kepada teman sekelompok makin kuat
Mulai memiliki rasa tanggung jawab untuk menjadi dewasa
Beberapa anak mudah putus asa dan akan bangkit bila tidak sukses
Berusaha mendapatkan guru yang dapat membenarkannya
Perhatian kepada bentuk makin bertambah
§
Perkembangan
Sosial dan Emosional Loree (1970
dalam Rusli Ibrahim, 2001) dengan meneliti anak usia 5-16 tahun dan terus
mengikuti perkembangannya selama beberapa tahun telah menunjukkan pola perilaku
sosial anak adalah sebagai berikut:
a.
Kecenderungan perilaku sosial anak untuk menarik diri dari pergaulan sosial,
atau memperluas pergaulan sosialnya.
b.
Pola kecenderungan perilaku sosial anak yang mudah bereaksi terhadap suatu
kejadian, atau bersifat tenang.
c.
Pola kecenderungan perilaku sosial anak menjadi pasif atau dominan.
Jika
seorang anak memperlihatkan orientasi sosialnya pada salah satu pola diatas
maka kecenderungnanya akan diikutinya sampai dewasa. Adapun ciri-ciri
perkembangan sosial dan emosiaonal pada anak yang duduk di kelas V dan VI
sekolah dasar adalah:
§
Mudah dibangkitkan
§
Mulai tumbuh rasa
kasih sayang seperti orang dewasa.
§
Senang sekali memberikan
pujian dan mengagungkan.
§
Mengkritik
tindakan orang dewasa.
§
Rasa bangga
berkembang.
§
Ingin mengetahui
segala sesuatu.
§
Merindukan
pengakuan dari kelompok.
§
Bangga dengan
kesuksesan yang diraihnya.
§
Menyukai kegiatan
kelompok.
§
Loyal terhadap
kelompoknya (gang).
D.
RUANG
LINGKUP PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DAN PERANAN GURU KELAS
1. Ruang
Lingkup Bimbingan Dan Konseling di SD
Ruang
lingkup kegiatan bimbingan dan
konseling di SD mencakup empat fungsi bimbingan
dan konseling (yaitu fungsi pemahaman, pencegahan , pengetesan , dan
pengembangan / pemeliharaan),empat bidang bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi,
sosial, belajar , dan karier),tujuh jenis
layanan (yaitu layanan orientasi ,
informasi,penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok), serta
lima kegiatan pendukung ( yaitu
aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus). Di SD, Guru
kelas pada dasarnya
diharapkan dapat menampilkan segenap unsur
yang terkandung didalam ruang
lingkup BK tersebut. Namun demikian, dengan mengimgatkan tingkat
perkembanagan siswa dari satu tingkat kelas ketingkat kelas yang lebih tinggi, dan mengingat pula tugas rangkap guru
kelas yang disamping melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling
mempunyai tugas pokok mengajar, maka
ruang lingkup kegiatan bimbingan dan konseling pada setiap tingkat kelas di SD dapat berbeda, baik berbeda dalam materinya, bentuk layanannya, maupun
bentuk pelaksanaannya. Materi bidang bimbingan, jenis-jenis layanan, dan
kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling sebagaimana diuraikan lebih lanjut pada bab-bab berikut merupakan acuan yang sedapat-dapatnya menjadi arah
pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD.
2. Peranan
Guru Kelas
Sebagaimana
telah dikemukakan, tugas Guru Kelas di SD selain mengajar adalah menyelenggarakan pelayanan bimbingan
dan konseling terhadap seluruh siswa dikelas
yang ,menjadi tanggung jawabnya. Hal itu adalah munbgkin dan
sewajarnya demikian karena Guru Kelaslah
yang merupakan “pembimbing dan pengasuh “ utama yang setiap hari berada bersama siswa dalam proses pendidikan dasar yang amat vital dalam keseluruhan perkembangan siswa. berkat
hubungan kesehariannya yang terus
menerus(selama satu tahun penuh) itulah Guru Kelas diharapkan memahami secara mendalam pribadi para siswanya seorang
demi seorang dalam berbagai aspeknya, yaitu terutama berkenaan dengan
penampilan siswa sehari-hari baik di dalam maupun di luar kelas selama jam sekolah, kecenderungan kemampuan
akademik serta bakat dan minat-minatnya, hambatan dan permasalahan yang
dialaminya (baik yang menyangkut
pribadi, hubungan sosial,maupun kegiatan dan hasil belajarnya), serta
kondisi keluarga dan lingkungannya.
Pelayanan
bimbingan dan konseling perlu
diselenggarakan di SD agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa
dapat berkembang secara optimal. Pelayanan
tersebut di SD perlu disesuaikan terhadap berbagai kekhususan pendidikan di SD,
terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik serta tujuan pendidikanya.
Kemampuan para pelaksanaanya, yaitu Guru kelas, harus pula mendapatkan
perhatian utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar